Jumat, 18 Desember 2020

Jalan : Pangeran Kornel


Profile Pangeran Kornel

Pangeran Kornel ialah nama lain bagi Pangeran Kusumadinata XI, bupati Sumedang tahun 1791-1828, Pangeran Kusumadinata oleh Belanda diangkat sebagai kolonel tituler. Istilah “kolonel” yang masih langka pada zaman itu, berubah menjadi “kornel”. Nama “Pangeran Kornel” itu sendiri lebih terkenal di masyarakat daripada namanya yang sebenarnya yaitu Asep Djamu (1761-1828), kemudian selang 2 tahun lahirlah sepupunya dengan nama Asep Ema.

Pangeran Kusumadinata IX merupakan putra dari pasangan Adipati Surianagara II (bupati Sumedang tahun 1761-1765) dan Nyi Mas Nagakasih. Semasa kecilnya beliau dikenal dengan nama Raden Asep Djamu. Pada saat ayahnya meninggal pada tahun 1765, diangkatlah bupati penyelang/sementara dikarenakan Raden Asep Djamu yang masih balita belum bisa naik tahta menjadi Bupati Sumedang. Baru pada tahun 1791, Raden Djamu alias Surianagara III diangkat menjadi Bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumadinata IX (memerintah tahun 1791–1828).

Sumber : wikipedia

Sejarah singkat Cadas Pangeran

Cadas Pangeran. Nama ini begitu melekat di ingatan masyarakat sebagai nama dari salah satu jalan raya yang terkenal angker. Cadas Pangeran sendiri merupakan bagian dari jalan raya Bandung-Cirebon dan masuk dalam jalur Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan) yang dibangun pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels. Saat itu, Daendels menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Nama Cadas Pangeran sendiri muncul karena jalan raya tersebut dibangun dengan cara memahat batuan gunung berupa bukit yang cadas dan amat keras. Sumber lain menuturkan bahwa nama Cadas Pangeran merupakan diambil dari peristiwa ‘pemberontakan’ Cadas Pangeran.

Nama tersebut juga adalah cerminan dari sikap dan watak keras alias cadas dari Bupati Sumedang saat itu, Pangeran Kusumadinata IX yang juga dikenal sebagai Pangeran Kornel yang menyayangkan kekejaman dari Daendels kepada rakyatnya.

Wajar saja bila sang pemimpin murka. Rakyatnya dikabarkan banyak yang mati akibat pembangunan jalan raya sepanjang tiga kilometer yang dibangun di tahun 1809 itu. Bukan lagi berjumlah puluhan, melainkan ratusan bahkan ribuan pekerja paksa harus rela merenggang nyawa di sana.

Ada yang terjatuh, ada pula yang dimangsa oleh hewan buas karena pada saat itu lokasi pembuatan jalan raya Cadas Pangeran masih dikelilingi hutan. Alat yang digunakan para pekerja pun masih amat sangat sederhana. Kabarnya, mereka hanya menggunakan linggis untuk memahat bebatuan cadas tadi.

Karena itulah, Pangeran Kornel memberikan perlawanan keras alias pemberontakan terhadap Herman Willem Daendels. Di kawasan jalan raya yang curam dan berkelok ini terdapat patung yang berdiri kokoh. Patung tersebut merupakan patung dari Pangeran Kornel yang menyalami sang Gubernur Jenderal menggunakan tangan kiri. Sementara tangannya memegang keris pusaka.

Daendels tentu terkejut akan perlawanan yang dilakukan sang Adipati untuk para rakyatnya. Pria yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda sejak tahun 1808 ini berjanji pada Pangeran Kornel bahwa dirinya akan mengganti pekerja paksa dari kalangan rakyat Sumedang dengan tentara Zeni Belanda untuk melakukan pembangunan jalan. Sementara rakyat Sumedang ditugaskan sebagai pekerja cadangan.

Namun, hal tersebut hanyalah tipu muslihat dari Daendels saja. Ia malah membawa banyak tentara Belanda yang ditugaskan untuk melawan dan menghabisi Pangeran Kornel beserta rakyat yang memberontak. Akibat ketidaksiapan dan kekurangan senjata, pasukan sang Pangeran berhasil dilumpuhkan oleh Daendels dan para serdadu Belanda.

Trisula Sebagai Penyangga

Menurut sang kuncen atau juru kunci dari jalan raya Cadas Pangeran, jalan raya yang banyak dilalui kendaraan besar maupun kecil tersebut bisa tetap berdiri dengan kokoh di lereng pegunungan karena adanya senjata berupa trisula yang digunakan sebagai penyangga. Trisula tersebut ‘disusupi’ oleh tiga wujud makhluk halus berupa siluman ular, kera dan harimau.

Konon katanya, bila ada orang yang angkuh atau sombong dan tak mempercayai keberadaan mereka, maka orang tersebut akan didatangi secara langsung oleh sang makhluk tak kasat mata. Tentu, tak semua orang percaya akan hal ini dan ada pula yang menganggapnya sebagai mitos belaka. Namun, bagi masyarakat setempat dan sang juru kunci, tentu hal ini tampaknya bukan sekadar isapan jempol saja.

Sumber : bacaterus.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teknologi Perkantoran : Kendaraan

Setiap perusahaan dan perkantoran tentu membutuhkan kendaraan operasional. Untuk kebutuhan kendaraan operasional level manajemen, karyawa...